Ketika agama menjadi empty shell, kekosongannya akan segera diisi oleh hal yang bersifat keduniawian dalam segala bentuknya. Agama dengan simbol tradisionalnya akan berubah menjadi sekadar "formula sukses" dan Tuhan cuma diperlakukan sebagai, dalam bahasa Fromm "a partner in business". Demikianlah, ketika kekuatan kapitalis mendistorsi konsep agama, agama terancam tinggal menjadi semacam tubuh yang kehilangan kepala dan jantung hatinya, tinggal menjadi wujud tanpa signifikansi. Agama terkooptasi: kekuatannya justru merongrong misi sucinya, bahkan boleh jadi malah menjadi pelindung agen para pendosa. Agama menjadi apa yang Leo Yang Agung disebut sebagai a respectable cloak for sin "jubah mulia bagi berbagai dosa", kehilangan moralitas, kehilangan yang "suci", "baik" dan "adil". Lalu, yang tertinggal hanyalah serangkaian kepercayaan, ritualisme kosong makna atau paling banter semacam etiket. Ketaatan terhadapnya malah menjadi ironi bagi misi sucinya.
Share To:

Nurul Shoimah

Post A Comment: